BAB 7 & 8
DINAMIKA ORGANISASI
Menurut Myers (1982:234-237), Kreps (1986:185),
Stewart (1993:341)
Konflik senantisa berpusat pada
beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin dicapai,alokasi sumber –
sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil, maupun perilaku setiap pihak
yang terlibat
Menurut Devito (1995:381)
Interaksi yang disebut
komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak dapatdisangkal
akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda – beda
2.2. JENIS & SUMBER KONFLIK
2.2.1 JENIS KONFLIK Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel terdapat 5
(lima) jenis konflik yaitu:
•Konflik
intrapersonal
Konflik seseorang dengan
dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorangmemiliki
dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus. Sebagaimana diketahui
bahwadalam diri seseorang biasanya memiliki : sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan
peranan-perananyang bersaing, beraneka macam cara yang berbeda yang mendorong
peranan-peranan dan kebutuhan-kebutuhan itu terlahirkan, banyaknya bentuk
halangan-halangan yang bisa terjadi diantara dorongan – dorongan, dan terdapat aspek
posotif serta aspek negative yang dapatmenghalangi suatu tujuan yang
diinginkan.Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu :
1. Konflik
pendekatan-pendekatan (Contoh: orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang
sama-sama menarik).
2. Konflik pendekatan –
penghindaran (Contoh: orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama
menyulitkan).
3. Konflik
penghindaran-penghindaran (Contoh : orang yang dihadapkan pada satu hal
yangmempunyai nilai positif dan nilai negatif sekaligus).
•Konflik Interpersonal adalah
pertentangan
Konflik antar seseorang dengan
orang lain karena pertentangan kepentingan atau keinginan. Halini sering
terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang pekerjaan, dan
lain – lainkonflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting
dalam perilakuorganisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa
peranan dari beberapaanggota organisasi.
•Konflik antar
individu-individu dan kelompok-kelompok
Hal ini sering kali berhubungan
dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas,
yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh
kelompok kerjanya karenaia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas
kelompok dimana ia berada.
•Konflik
antara kelompok dalam organisasi yang sama
Konflik ini merupakan tipe
konflik yang banyak terjadi di dalam organisasi – organisasi. Konflik antar
lini dan staff, pekerja dan pekerja manajemen merupakan dua macam bidang
konflik antar kelompok.
•Konflik antara organisasi
Sebagai contoh seperti di bidang
ekonomi dimana negara AS dan negara – negara lain dianggapsebagai bentuk
konflik, dan konflik ini biasanya disebut dengan persaingan. Konflik ini
berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya pengembangan produk
– produk baru, teknologi baru, servis baru, yang memiliki harga lebih
rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.
2.2.2 SUMBER
KONFLIK Konflik Dalam Diri Individu (Intraindividual Conflict)
A. Konflik
yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai (goal conflict) Menurut Wijono (1993, pp.7-15),
ada tiga jenis konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai (goal
conflict), yaitu:
1.
Approach-approach conflict, dimana orang didorong untuk melakukan pendekatan
positif terhadap dua persoalan atau lebih, tetapi tujuan-tujuan yang dicapai
saling terpisah satusama lain.
2. Approach-Avoidance Conflict,
dimana orang didorong untuk melakukan pendekatan terhadap persoalan-persoalan
yang mengacu pada satu tujuan dan pada waktu yang sama didorong untuk melakukan
terhadap persoalan-persoalan tersebut dan tujuannya dapatmengandung nilai
positif dan negatif bagi orang yang mengalami konflik tersebut.
3. Avoidance-Avoidance
Conflict, dimana orang didorong untuk menghindari dua ataulebih hal yang
negatif tetapi tujuan-tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lain.Dalam
hal ini, approach-approach conflict merupakan jenis konflik yang mempunyai
resiko paling kecil dan mudah diatasi, serta akibatnya tidak begitu fatal.
B. Konflik yang berkaitan dengan
peran dan ambigius
Di dalam organisasi, konflik
seringkali terjadi karena adanya perbedaan peran dan ambigiusdalam tugas dan
tanggung jawab terhadap sikap-sikap, nilai-nilai dan harapan-harapan yang
telahditetapkan dalam suatu organisasi. Filley and House memberikan kesimpulan atas
hasil penyelidikan kepustakaan mengenai konflik peran dalam organisasi, yang
dicatat melaluiindikasi-indikasi yang dipengaruhi oleh empat variabel pokok
yaitu :
1. Mempunyai kesadaran akan
terjadinya konflik peran.
2. Menerima kondisi dan situasi
bila muncul konflik yang bisa membuat tekanan-tekanandalam pekerjaan.
3. Memiliki kemampuan untuk
mentolelir stres.
4. Memperkuat sikap/sifat
pribadi lebih tahan dalam menghadapi konflik yang muncul dalam organisasi (Wijono, 1993, p.15).
Menurut Stevenin
(2000,
pp.132-133), ada beberapa faktor yang
mendasari munculnya konflik antar pribadi dalam organisasi misalnya adanya:
1. Pemecahan
masalah secara sederhana.
Fokusnya
tertuju pada penyelesaian masalah danorang-orangnya tidak mendapatkan perhatian
utama.
2. Penyesuaian/kompromi.
Kedua pihak
bersedia saling memberi dan menerima, namun tidak selalu langsung tertuju pada
masalah yang sebenarnya.Waspadailah masalah emosi yang tidak pernah disampaikan
kepada manajer. Kadang-kadangkedua pihak tetap tidak puas.
3. Tidak sepakat.
Tingkat
konflik ini ditandai dengan pendapat yang diperdebatkan.Mengambil sikap menjaga
jarak. Sebagai manajer, manajer perlu memanfaatkan danmenunjukkan aspek-aspek
yang sehat dari ketidaksepakatan tanpa membiarkan adanya perpecahan dalam
kelompok.
4. Kalah/menang.
Ini adalah
ketidaksepakatan yang disertai sikap bersaing yang amat kuat.Pada tingkat ini,
sering kali pendapat dan gagasan orang lain kurang dihargai. Sebagian
diantaranya akan melakukan berbagai macam cara untuk memenangkan pertarungan.
5.
Pertarungan/penerbangan.
Ini adalah
konflik “penembak misterius”. Orang-orang yangterlibat di dalamnya saling
menembak dari jarak dekat kemudian mundur untuk menyelamatkandiri. Bila amarah
meledak, emosi pun menguasai akal sehat. Orang-orang saling berselisih.
6. Keras kepala.
Ini adalah
mentalitas “dengan caraku atau tidak sama sekali”.Satu-satunya kasih karunia
yang menyelamatkan dalam konflik ini adalah karena biasanya hal initetap
mengacu pada pemikiran yang logis. Meskipun demikian, tidak ada kompromi
sehinggatidak ada penyelesaian.
7.
Penyangkalan.
Ini adalah
salah satu jenis konflik yang paling sulit diatasi karena tidak ada komunikasi
secara terbuka dan terus-terang. Konflik hanya dipendam. Konflik yang
tidak bisa diungkapkan adalah konflik yang tidak bisa diselesaikan.
Menurut Ross (1993) ada dua sumber konflik yang
terjadi dalam sebuah organisasi atau kelompok, adalah adanya unsur persaingan
dan unsur kekuatan. Menurut teori struktur,konflik dipicu oleh sosial
adanya persaingan antara pihak-pihak yang berkepentingan.Tindakan terhadap
pihak lain dalam pemikiran teori struktur social akan menciptakan tantangan
nyata untuk meningkatkan solidaritas dan respon kolektif dalam menghadapi
lawan. Selanjutnya pihak-pihaktersebut melakukan konsolodasi secara sadar
sehingga membentuk suatu kekuatan dalam menghadapi konflik tersebut.
Inilah langkah yang terpenting.
Metode yang benar dan telah diuji mengenai siapa, apa,mengapa, dimana, dan
bagaimana berhasil dengan sempurna. Pusatkan perhatian pada masalahutama dan
bukan pada hal-hal sepele.
3. Menyepakati
suatu solusiKumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar yang memungkinkan dari
orang-orang yangterlibat di dalamnya. Saringlah penyelesaian yang tidak dapat
diterapkan atau tidak praktis.Jangan sekali-kali menyelesaikan dengan cara yang
tidak terlalu baik. Carilah yang terbaik.
4.
PelaksanaanIngatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian. Hati-hati,
jangan biarkan pertimbangan ini terlalu mempengaruhi pilihan dan arah kelompok.
5.
EvaluasiPenyelesaian itu sendiri dapat melahirkan serangkaian masalah baru.
Jika penyelesaiannyatampak tidak berhasil, kembalilah ke langkah-langkah
sebelumnya dan cobalah lagi.
Menurut Stevenin (1993 : 139-141) juga memaparkan bahwa ketika mengalami konflik, adahal-hal yang
tidak boleh dilakukan di tengah-tengah konflik, yaitu:
1. Jangan
hanyut dalam perebutan kekuasaan dengan orang lain. Ada pepatah dalammasyarakat
yang tidak dapat dipungkiri, bunyinya: bila wewenang bertambah maka kekuasaan
pun berkurang, demikian pula sebaiknya.
2. Jangan
terlalu terpisah dari konflik. Dinamika dan hasil konflik dapat ditangani
secara paling baik dari dalam, tanpa melibatkan pihak ketiga.
3. Jangan
biarkan visi dibangun oleh konflik yang ada. Jagalah cara pandang dengan
berkonsentrasi pada masalah-masalah penting. Masalah yang paling mendesak belum
tentumerupakan kesempatan yang terbesar.
Menurut Wijono
(1993 :
42-125) strategi mengatasi konflik, yaitu:
Strategi
Mengatasi Konflik Dalam Diri Individu (Intraindividual Conflict)
1. Menciptakan kontak dan
membina hubungan
2. Menumbuhkan
rasa percaya dan penerimaan
3. Menumbuhkan
kemampuan /kekuatan diri sendiri
4. Menentukan
tujuan
5. Mencari
beberapa alternative
6. Memilih
alternative
7.
Merencanakan pelaksanaan jalan keluar
Strategi
Mengatasi Konflik Antar Pribadi (Interpersonal Conflict)
1. Strategi Kalah-Kalah
(Lose-Lose Strategy)Beorientasi pada dua individu atau kelompok yang sama-sama
kalah. Biasanya individu ataukelompok yang bertikai mengambil jalan tengah
(berkompromi) atau membayar sekelompok orang yang terlibat dalam konflik atau
menggunakan jasa orang atau kelompok ketiga sebagai penengah.Dalam strategi
kalah-kalah, konflik bisa diselesaikan dengan cara melibatkan pihak ketiga bila
perundingan mengalami jalan buntu. Maka pihak ketiga diundang untuk campur
tangan oleh
pihak-pihak
yang berselisih atau barangkali bertindak atas kemauannya sendiri. Ada dua
tipeutama dalam campur tangan pihak ketiga yaitu:a. Arbitrasi
(Arbitration)Arbitrasi merupakan prosedur di mana pihak ketiga mendengarkan
kedua belah pihak yang berselisih, pihak ketiga bertindak sebagai hakim dan
penengah dalam menentukan penyelesaiankonflik melalui suatu perjanjian yang
mengikat.
a. Mediasi (Mediation)Mediasi dipergunakan oleh Mediator untuk
menyelesaikan konflik tidak seperti yangdiselesaikan oleh abriator, karena
seorang mediator tidak mempunyai wewenang secara langsungterhadap pihak-pihak
yang bertikai dan rekomendasi yang diberikan tidak mengikat.
2. Strategi Menang-Kalah (Win-Lose Strategy)Dalam strategi saya menang
anda kalah (win lose strategy), menekankan adanya salah satu pihak yang sedang
konflik mengalami kekalahan tetapi yang lain memperoleh kemenangan.Beberapa
cara yang digunakan untuk menyelesaikan konflik dengan win-lose strategy (Wijono, 1993 : 44), dapat melalui:
a. Penarikan diri, yaitu proses penyelesaian konflik antara dua atau
lebih pihak yang kurang puas sebagai akibat dari ketergantungan tugas (task
independence).
b. Taktik-taktik penghalusan dan damai, yaitu dengan melakukan tindakan
perdamaiandengan pihak lawan untuk menghindari terjadinya konfrontasi terhadap
perbedaan dankekaburan dalam batas-batas bidang kerja (jurisdictioanal
ambiquity).
c. Bujukan, yaitu dengan membujuk pihak lain untuk mengubah posisinya
untuk mempertimbangkan informasi-informasi faktual yang relevan dengan konflik,
karena adanyarintangan komunikasi (communication barriers).
d. Taktik paksaan dan penekanan, yaitu menggunakan kekuasaan formal
denganmenunjukkan kekuatan (power) melalui sikap otoriter karena dipengaruhi
oleh sifat-sifatindividu (individual traits).
e. Taktik-taktik yang berorientasi pada tawar-menawar dan pertukaran
persetujuan sehingga tercapai suatu kompromi yang dapat diterima oleh dua belah
pihak, untuk menyelesaikan konflik yang berkaitan dengan persaingan terhadap
sumber-sumber (competition for resources) secaraoptimal bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
3. Strategi Menang-Menang (Win-Win Strategy)Penyelesaian yang dipandang
manusiawi, karena menggunakan segala pengetahuan, sikap dan keterampilan
menciptakan relasi komunikasi dan interaksi yang dapat membuat pihak-pihak yang
terlibat saling merasa aman dari ancaman, merasa dihargai, menciptakan suasana
kondusif dan memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi masing-masing
dalam upaya penyelesaian konflik. Jadi strategi ini menolong memecahkan masalah
pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, bukan hanya sekedar memojokkan orang. Strategi
menang-menang jarang dipergunakan dalam organisasi dan industri, tetapi ada 2
cara didalam strategi ini yang dapat dipergunakan sebagai alternatif pemecahan
konflik interpersonal yaitu:
a. Pemecahan masalah terpadu (Integrative Problema Solving) Usaha untuk
menyelesaikansecara mufakat atau memadukan kebutuhan-kebutuhan kedua belah
pihak.
b. Konsultasi proses antar pihak (Inter-Party Process Consultation)
Dalam penyelesaianmelalui konsultasi proses, biasanya ditangani oleh konsultan
proses, dimana keduanya tidak mempunyai kewenangan untuk menyelesaikan
konflik dengan kekuasaan atau menghakimisalah satu atau kedua belah pihak yang
terlibat konflik.
Strategi
Mengatasi Konflik Organisasi (Organizational Conflict)
1. Pendekatan Birokratis
(Bureaucratic Approach)Konflik muncul karena adanya hubungan birokratis yang
terjadi secara vertikal dan untuk menghadapi konflik vertikal model ini,
manajer cenderung menggunakan struktur hirarki(hierarchical structure) dalam
hubungannya secara otokritas. Konflik terjadi karena pimpinan berupaya
mengontrol segala aktivitas dan tindakan yang dilakukan oleh bawahannya.
Strategiuntuk pemecahan masalah konflik seperti ini biasanya dipergunakan
sebagai pengganti dari peraturan-peraturan birokratis untuk mengontrol pribadi
bawahannya. Pendekatan birokratis(Bureaucratic Approach) dalam organisasi
bertujuan mengantisipasi konflik vertikal (hirarkie) didekati dengan cara
menggunakan hirarki struktural(structural hierarchical).
2. Pendekatan
Intervensi Otoritatif Dalam Konflik Lateral (Authoritative Intervention
inLateral Conflict)Bila terjadi konflik lateral, biasanya akan diselesaikan
sendiri oleh pihak-pihak yang terlibatkonflik. Kemudian jika konflik tersebut
ternyata tidak dapat diselesaikan secara konstruktif, biasanya manajer langsung
melakukan intervensi secara otoratif kedua belah pihak.
3. Pendekatan
Sistem (System Approach) Model pendekatan perundingan menekankan pada
masalah-masalah kompetisi dan model pendekatan birokrasi menekankan pada
kesulitan-kesulitan dalam kontrol, maka pendekatansistem (system Approach) adalah
mengkoordinasikan masalah-masalah konflik yang muncul.Pendekatan ini menekankan
pada hubungan lateral dan horizontal antara fungsi-fungsi pemasaran dengan
produksi dalam suatu organisasi.
4.
Reorganisasi Struktural (Structural Reorganization) Cara pendekatan dapat
melalui mengubah sistem untuk melihat kemungkinan terjadinya reorganisasi
struktural guna meluruskan perbedaan kepentingan dan tujuan yang hendak dicapai
kedua belah pihak, seperti membentuk wadah baru dalam organisasi non formal
untuk mengatasikonflik yang berlarut-larut sebagai akibat adanya saling
ketergantungan tugas (task interdependence) dalam mencapai kepentingan dan
tujuan yang berbeda sehingga fungsi organisasi menjadi kabur.
2.4 MOTIVASI
Motif
seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut
merupakangerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut merupakan
suatu driving force yangmenggerakkan manusia untuk bertingkah- laku, dan di
dalam perbuatanya itu mempunyai tujuantertentu. Setiap tindakan yang dilakukan
oleh manusia selalu di mulai dengan motivasi (niat).
Menurut Wexley & Yukl (dalam As’ad, 1987) Motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif, dapat pula
diartikan hal atau keadaan menjadi motif. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan
fisik ini merangsang seeorang berperilaku dan bekerja giat. Safety and Security
needs Safety and Security needs (keamanan dan keselamatan) adalah kebutuhan
akan keamanan dariancaman, yakni merasa aman dari ancaman kecelakaan dan
keselamatan dalam melakukan pekerjaan. Affiliation or Acceptance NeedsAffiliation
or Acceptance Needs adalah
kebutuhan sosial, teman, dicintai dan mencintai sertaditerima dalam pergaulan
kelompok karyawan dan lingkungannya. Karena manusia adalahmakhluk sosial, sudah
jelas ia menginginkan kebutuhan-kebutuhan social. Esteem or Status or Egoistic
NeedsEsteem or Status or Egoistic Needs adalah kebutuhan akan
penghargaan diri, pengakuan serta penghargaan prestise dari karyawan dan
masyarakat lingkungannya. Prestise dan status dimanifestasikan oleh banyak hal
yang digunakan sebagai simbol status. Misalnya, memakai dasiuntuk membedakan
seorang pimpinan dengan anak buahnya dan lain-lain. Self ActuallizationSelf
Actuallization adalah kebutuhan aktualisasi diri dengan menggunakan
kecakapan,kemampuan, ketrampilan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi
kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa yang sulit dicapai orang lain.
Kebutuhan aktualisasi diri berbeda dengan kebutuhan lain dalam dua hal, yaitu :
1. Kebutuhan
aktualisasi diri tidak dapat dipenuhi dari luar. Pemenuhannya hanya berasarkan
keinginan atas usaha individu itu sendiri.
2. Aktualisasi
diri berhubungan dengan pertumbuhan seorang individu. Kebutuhan ini berlangsung
terus-menerus terutama sejalan dengan meningkatkan jenjang karier
seorangindividu.
3. Herzberg’s Two Factor Theory
oleh Frederick Herzberg.
Teori Motivasi Dua Faktor atau
Teori Motivasi Kesehatan atau Faktor Higienis. Menurut teori ini motivasi yang
ideal yang dapat merangsang usaha adalah peluang untuk melaksanakan tugas yang
lebih membutuhkan keahlian dan peluang untuk mengembangkan kemampuan. Ada 3 hal
penting berdasarkan penelitian Herzberg
yang harus diperhatikan dalam motivasi bawahan yaitu :
1. Hal-hal
yang mendorong karyawan adalah pekerjaan yang menantang yang mencakup perasaan
untuk berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan dapat menikmati pekerjaan
itusendiridan adanya pengakuan atas semuanya itu.
2. Hal-hal
yang mengecewakan karyawan adalah terutama faktor yang bersifat embel-embel
saja pada pekerjaan, peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat, sebutan
jabatan, hak, gaji,tunjangan, dan lain-lain.
3. Karyawan
kecewa, jika peluang untuk berprestasi terbatas. Mereka akan menjadi
sensitif pada lingkungannya serta mulai mencari-cari kesalahan. Herzberg
menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua
faktor yang merupakan kebutuhan,yaitu :
a. Maintenance
Factors
Adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat
manusia yang inginmemperoleh ketentraman badaniah. Kebutuhan kesehatan ini
merupakan kebutuhan yang berlangsung terus-menerus, karena kebutuhan ini akan
kembali pada titik nol setelah dipenuhi.
b. Motivation
Factors Adalah faktor motivator yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang
yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan. Factor motivasi ini
berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang berkaitan langsung denagn
pekerjaan.
4. Mc. Clelland’s Achievement
Motivation Theory oleh Mc.Clelland.
Mc. Clelland’s achievment Motivation Theory atau Teori Motivasi
Prestasi dikemukakan oleh David Mc.Clelland. Teori ini berpendapat bahwa karyawan mempunyai
cadangan energi potensial. Energi ini akan dimanfaatkan oleh karyawan karena
didorong oleh kekuatan motif dankebutuhan dasar yang terlibat, harapan
keberhasilannya, dan nilai insentif yang terlekat padatujuan. Mc. Clelland mengelompokan 3 kebutuhan
manusia yang dapat memotivasi gairah bekerja seseorang, yaitu :
1. Kebutuhan akan Prestasi ( Need for
Achievment )
2. Kebutuhan akan Afiliasi ( Need for Affiliation )
3. Kebutuhan akan Kekuasaan ( Need for Power )
5. Existence, Relatedness and
Growth (ERG) Yheory oleh Alderfer.
Existence, relatednes, and
Growth ( ERG ) Theory ini dikemukakan oleh Clayton Alderfer seorang
ahli dari Yale University. Teori ini juga merupakan penyempurnaan dari teori
kebutuhan yang dikemukakan oleh A.H. Maslow. Alderfer mengemukakan bahwa ada 3 kelompok kebutuhan yang utama,
yaitu :
1. Kebutuhan
akan Keberadaan ( Existence Needs ), berhubungan dengankebutuhan dasar termasuk
didalamnya Physiological Needs dan Safety Needs dari Maslow.
2. Kebutuha
akan Afiliasi ( Relatedness Needs ), menekankan akan pentingnya
hubunganantar-individu ( interpersonal relationship ) dan bermasyarakat (social
relationship).
3. Kebutuhan
akan Kemajuan ( Growth Needs ), dalah keinginan intrinsik dalam diriseseorang
untuk maju atau meningkatkan kemampuan pribadinya.
6. Teori Motivasi Human
Relations.
Teori ini lebih mengutamakan
pada hubungan seseorang dengan lingkungannya. Menurut teoriini seseorang akan
berprestasi baik, jika ia diterima dan diakui dalam pekerjaannya
danlingkungannya. Teori ini juga menekankan peranan aktif pimpinan organisai
dalm memeliharahubungan dan kontak-kontak pribadi denga bawahannya yang dapat
membangkitkan gairahkerja.
7. Teori Motivasi Claude S. George.
Teori ini menyatakan bahwa seseorang
mwmpunyai kebutuhan yang berhubungan dengan tempat dan suasana di lingkungan
bekerjanya, yaitu :
1. upah yang
layak
2. kesempatan
untuk maju
3. pengakuan
sebagai individu
4. keamanan bekerja
5. tempat kerja yang baik
6. penerimaan oleh kelompok
7. perlakuan yang wajar
8. pengakuan atas prestasi
b. Teori
Proses ( Process Theory )
Teori proses ini pada dasarnya
berusaha untuk menjawab pertanyaan, bagaimana menguatkan, mengarahkan,
memelihara, dan menghentikan perilaku individu, agar setiap individu bekerja
giatsesuai dengan keinginan manajjer. Teori ini juga merupakan proses sebab dan
akibat bagaimanaseseorang bekerja serta hasil apa yang akan diperolehnya. Jadi
hasil yang dicapai tercermindalam bagaimana proses kegiatan yang dilakukan
seseorang. Bisa dikatakan bahwa hasil hari inimerupakan kegiatan hari kemarin.
Teori Proses ini, dikenal atas :
1. Teori Harapan ( Expectancy
Theory )
Teori ini dikemukakan oleh Victor H. Vroom yang menyatakan bahwa
kekuatan yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan
pekerjaannya tergantung darihubungan timbal balik antara apa yang diinginkan
dan dibutuhkan dari hasil pekerjaan itu.Teori harapan ini didasarkan atas :
•Harapan (Expectancy), adalah
suatu kesempatan yang diberikan akan terjadi karena perilaku.
•Nilai (Valence) adalah akibat
dari perilaku tertentu mempunyai nilai / martabat tertentu(daya/nilai motivasi)
bagi setiap individu yang bersangkutan.
•Pertautan (Instrumentality)
adalah persepsi dari individu bahwa hasil tingkat pertamaakan dihubungkan
dengan hasil tingkat kedua.
2. Teori Keadilan (Equaty
Theory)
Keadilan merupakan daya
penggerak yang memotivasi semagat kerja seseorang, jadi atasan harus bertindak
adil terhadap setiap bawahannya. Penilaian dan pengakuan mengenai perilaku
bawahan harus dilakukan secara objektif.
3. Teori Pengukuhan
(Reinforcement Theory)
Teori ini didasarkan atas
hubungan sebab dan akibat dari perilaku dengan pemberian konpensasi.Misalnya
promosi seorang karyawan itu tergantung dari prestasi yang selalu dapat
dipertahankan. Sifat ketergantungan tersebut bertautan dengan hubungan antara
perilaku dan kejadian yang mengikuti perilaku tersebut. Teori pengukuhan ini
terdiri dari dua jenis, yaitu :
1. Pengukuhan
Positif (Positive Reinforcement), yaitu bertambahnya frekuensi perilaku,terjadi
jika pengukuh positif diterapkan secara bersyarat.
2. Pengukuhan
Negatif (Negative Reinforcement), yaitu bertambahnya frekuensi perilaku,terjadi
jika pengukuhan negatif dihilangkan secara bersyarat.
Jadi prinsip
pengukuhan selalu berhubungan dengan bertambahnya frekuensi dan tanggapan,
apabila diikuti oleh stimulus yang bersyarat. Demikian juga prinsip hukuman (Punishment)
selalu berhubungan dengan berkurangnya frekuensi tanggapan, apabila tanggapan
(response) itu diikuti oleh rangsangan yang bersyarat. Contoh : pengukuhan yang
relatif malar adalah mendapatkan pujian setelah seseorang memproduksi
tiap-tiapunit atau setiap hari disambut dengan hangat oleh manajer.